DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
BAB II PERMASALAHAN 2
2.1 Bagaimana Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi ? 2
2.2 Bagaimana perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi? 2
BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3
3.1 Potret Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi 3
3.2 Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam Era Globalisasi 5
BAB IV PENUTUP 7
4.1 SIMPULAN 7
4.2 SARAN-SARAN 7
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium III
perhitungan Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan
akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur
kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah
terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut
Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang
pertama (agrikultiur) dan gelombang kedua (industri). Perubahan yang
demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat
kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal,
selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan terhadap
informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk
kemudian diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas
yang berlebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat
defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai
objek daripada subjek di dalam proses perubahan.
1.2 BATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1. Gambaran bahasa Indonesia dalam era globalisasi.
2. Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi.
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.1 Bagaimana Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi ?
2.2 Bagaimana perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam era globalisasi?
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Potret Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa.
Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah
bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi,
sama hanya denga bidang-bidang kehidupan laian, sebagaimana dikemukakan
oleh Naisbii (1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi
paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa.
Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai
bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga
memempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di
Erpa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka
dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai
bahasa kedua, negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa
pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang
salama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan penggunaan bahasa
Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan bahasa sendiri.
Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania,
Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua papan
nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.
Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia, fenomena yang sama
pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam Negeri kepada
gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ tanggal
16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu
berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di
seluruh Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi
bahasa Indonesia. Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak
gencar dan bersemangat usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah di
seluruh Indonesia. Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan
dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan
yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris.
Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”,
“Lippo Bank”, “Mestika Bank”, dan lain=lain, sekarang diubah menjadi
“Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Lippa”, “Bank Mestika”.
Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah
terjadinya suatu pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara
globalisasi dan lokalisasi. Persoalan berikutnya adalah mampukah bahasa
Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus
tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok
ke belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut
bahasa Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain baik
bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di nusantara. Sejauh ini tanpa
terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain
tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia.
Misalnya sebagai berikut.
Bahasa Asal: Contoh Kata yang Diserap:
• Bahasa Sanskerta agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra, sorga, warta
• Bahasa Arab alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui
proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi,
agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah
berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam
terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia
tidak terlu terjadi. Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing
tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari
pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
3.2 Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam Era Globalisasi
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik.
Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan
pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang
besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di
Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya
berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa
lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari
bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa
etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama
masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja,
bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di
Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi
bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut
akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang
strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan
bahwa masyarakat kawasan ini, yaitu Indonesia, Malasyia, Thailand,
Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu
global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia
(lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat
global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara,
dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawasan Asia Pasifik (mungkin termasuk
Australia) menjadi tak terelakkan. Peranan kawasan ini (termasuk
masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu
pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula bagaimana
perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan
sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan.
Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi
yang ada di pelbagai etnis yang ada di Nusantara.
Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan
bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau
lebih tepat manusia marginal dan tradisional) yang dialami manusia di
dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam roman dan
novel Indonesia. Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti
Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan, tokoh Tini, dan Tono di dalam
novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di dalam roman Priyayi.
Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia yang baru, dunia
yang global, dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, satra Indonesia (dan Melayu) modern pada hakikatnya
adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana
dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah
dalam globalisasi karena ia memang berada di dalamnya. Yang menjadi
soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi
yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana
langkah untuk menjadikan masyarakatnya memiliki posisi kuat di
tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya).
Kalau merujuk kepada pandangan-pandangan Alvin Toffler atau John
Naisbitt, dua peramal masa depan tanpa bola-bola kristal, bahasa
Indonesia dan sastra Indonesia akan menjadi bahasa (dan sastra) yang
penting di dunia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa :
1. Di era globalisasi ini bahasa indonesia yang merupakan bahasa ibu masih tetap di pertahankan.
2. Perkembangan bahasa indonesia di era globalisasi akan banyak
ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang strategis
dari masyarakat indonesia sendiri
4.2 SARAN-SARAN
Kita harus menjaga keberadaan bahasa indonesia di dalam era globlisai
Dalam era globalisasi kita harus tetap bangga memiliki dan menggunakan bahasa indonesia
Kita harus bisa memanfaatkan era globalisasi ini untuk kemajuan bahasa indonesia.
Dan saran-saran yang sifatnya membangun dari penbaca sangat kami
butuhkan, untuk makalah-makalah kami berikutnya agar lebih baik lagi.